Indah Pada Waktunya

Senin, 21 Juli 2014

Israel Modern Tidak Sama dengan di Alkitab


Orang Kristen dan Muslim Palestina berdemonstrasi menentang serang Israel ke Gaza, akhir November 2012. (Foto: rightnow.io)


SATUHARAPAN.COM – Umat Kristen perlu mendukung rakyat Palestina, sebab mereka berhak memiliki negara merdeka dan berdaulat. Sebab, Israel modern tidak sama dengan Israel dalam Alkitab Perjanjian Lama. Sedangkan, Israel di Perjanjian Baru diidentikkan dengan umat Kristen.

Konflik Palestina-Israel kembali membara dimulai minggu pertama Juli 2014. Israel mengebom sasaran-sasaran yang diduga tempat persembunyian pejuang Hamas di Gaza. Sementara Hamas dari Gaza menembakkan roket ke daerah Israel. Seruan berbagai negara atau masyarakat agar Israel dan Hamaz melakukan gencatan senjata belum membawa hasil. Hamaz masih tetap menembakkan roket-roketnya  dan Israel masih mengebom Gaza.  Dalam waktu satu minggu konflik telah mengakibatkan korban 190-an nyawa dan ribuan luka-luka di pihak rakyat Palestina, sedangkan tidak ada korban serius di pihak Israel.

Berbagai sikap pro dan kontra telah diperlihatkan oleh masyarakat internasional. PBB, Uni Eropa, dan negara-negara Arab mendesak dilakukan gencatan senjata dan pembicaraan damai. Di pihak lain, Obama, Presiden Amerika mengkritik serangan roket Hamaz dan menyatakan bahwa Israel punya hak untuk melindungi masyarakatnya. Indonesia mengusulkan melalui gerakan non-blok dan OKI untuk gencatan senjata dan konflik diselesaikan secara damai yaitu dengan dialog. Pemerintah Indonesia memberi bantuan dana sebesar 1 juta US Dollar. Dukungan masyarakat Islam Indonesia tampak pada lembaga-lembaga keagamaan, lembaga non-pemerintah atau LSM dan organisasi-organisasi siswa dan kemahasiswaan melalui demonstrasi anti-Israel dan pengumpulan dana bantuan untuk rakyat Palestina.

Bagaimana sikap Kristen?

Menanggapi konflik Palestina-Israel tahun 2008-2009, Dubes Palestina untuk Indonesia, Fariz N Mehdawi, dalam acara bedah buku tentang Palestina, Mei 2011 telah meminta dukungan terbuka dari kalangan Kristen. Menurutnya suara Kristen Indonesia tidak begitu tampak, padahal mereka dapat berpengaruh dalam membantu penyelesaian konflik Palestina-Israel.

Umat Kristen atau gereja sebagai lembaga tampak belum mengungkapkan secara terbuka sikapnya dalam konflik Palestina-Israel.  Namun, ada kecenderungan sebagian kalangan Kristen memberikan dukungan kepada Israel yang disampaikan melalui ungkapan-ungkapan penerimaan atau persetujuan terhadap tindakan-tindakan Israel. Bahkan ada yang  mengibarkan atau memasang bendera Israel atau lambang Zionis pada statusnya di media sosial.  Dasar dari dukungan itu adalah teologis-alkitabiah. Bahwa Israel adalah umat Allah atau bahkan bangsa pilihan dan pendudukan tanah Palestina dibenarkan karena tanah itu adalah pemberian Allah sebagai Tanah Perjanjian.  Karena itu segala tindakan Israel, seperti pendudukan tanah Palestina dan serangan militernya ke daerah Palestina dengan alasan untuk melindungi daerah kekuasaan dan rakyatnya dapat dibenarkan dan dipahami sebagai perkenaan Tuhan.

Sementara di pihak lain, banyak kalangan dalam Islam yang mendukung Palestina dengan alasan solidaritas sesama Muslim. Mereka memahami bahwa Palestina adalah negara dengan penduduk beragama Islam. Karena itu penderitaan rakyat Palestina adalah penderitaan masyarakat Islam sehingga umat Islam wajib mendukung Palestina dan sebaliknya harus antipati terhadap Israel. Apalagi, negara Israel dengan bangsa dan agama Yahudi-nya ditolak di dalam ajaran Islam.

Bukan Berlatar Agama

Sesungguhnya, konflik Palestina-Israel bukan berlatar belakang agama; apalagi antara Israel yang Yahudi dan didukung secara teologis oleh Kristen versus bangsa Palestina-Arab yang Islam. Konflik itu disebabkan terutama oleh persoalan tanah. Dengan kekuatan politik militer, Israel menduduki sebagian tanah Palestina dan memerdekakan diri sebagai negara Israel. Yang tersisa untuk rakyat Palestina adalah dua tempat yaitu Jalur Gaza dan Tepi Barat. Keduanya terpisahkan oleh daerah yang dikuasai oleh Israel. Dalam sejarah pendudukannya, Israel terus berusaha memperluas daerah kekuasaannya dengan membangun pemukiman-pemukiman baru bagi warga Yahudi di daerah Palestina. Persoalan pendudukan ini bertambah dengan kebijakan Israel yang tidak menyetujui pendirian negara Palestina merdeka. Sementara Palestina tidak mengakui berdirinya negara Israel. Jadi kedua pihak tidak saling menerima dan mengakui sebagai negara merdeka dan berdaulat. Namun secara sosial-politik Palestina masih dikuasai-diatur sesuai kebijakan Israel. Ini alasan utama konflik Palestina-Israel tidak pernah selesai sampai konflik antara Israel dengan faksi Hamaz di jalur Gaza itu terjadi lagi di Juli 2014 ini.

Berlarut-larutnya persoalan Palestina-Israel juga disebabkan oleh sikap dunia internasional yang tidak tegas, khususnya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Demikian juga ketidakjelasan atau sikap mendua dari Amerika Serikat, sebagai negara yang sangat menentukan penyelesaian konflik itu. Di pihak lain, negara-negara Arab atau Islam tidak satu atau tidak menunjukkan dukungan secara kolektif terhadap penyelesaian konflik itu. Negara-negara Arab-Islam masih terpecah menyangkut dukungan khususnya kepada Palestina.   

Berdasarkan alasan-alasan konflik di atas maka tentu tidak layak jika dukungan sebagian kalangan Kristen diberikan kepada Israel karena alasan teologis-alkitabiah dan antipati atau persaingan dengan Islam. Secara teologis-alkitabiah, bangsa Israel yang dimaksud di dalam Alkitab Perjanjian Lama tidak menunjuk kepada negara dan rakyat Israel sekarang. Alkitab Perjanjian Baru berbicara tentang Israel sebagai umat pilihan yang diidentikkan dengan umat Kristen. Makna umat Allah dan bangsa pilihan dalam Perjanjian Lama tidak  historis; jadi bukan Israel yang sekarang terlibat konflik dengan Palestina saat ini tetapi umat Kristen.

Demikian juga, dukungan terhadap Israel karena sentimen agama-Islam juga tidak dapat dibenarkan. Rakyat Palestina, baik di Gaza dan di Tepi Barat, tidak semua beragama Islam; sebagian beragama Kristen. Jadi yang menderita karena penindasan Israel bukan hanya orang Islam tetapi juga orang Kristen.  Dengan pertimbangan yang sama, tidak dapat diterima jika sebagian kalangan Islam mendukung  Palestina karena anggapan bahwa Palestina dan rakyatnya adalah Islam.  Jadi, dukungan terhadap Palestina karena solidaritas Islam tidak seluruhnya benar karena yang menderita akibat serangan bom Israel terdapat juga orang Kristen.

Dukungan terhadap rakyat Palestina, korban penindasan dan serangan bom Israel diberikan, selayaknya didasarkan pada alasan HAM atau kemanusiaan. Bahwa rakyat Palestina berhak memiliki negara merdeka dan berdaulat. Mereka juga berhak untuk hidup dan tidak ditindas oleh bangsa lain. Di pihak lain, sikap anti terhadap Israel selayaknya terletak pada kebijakannya menduduki tanah Palestina dan menindas rakyatnya dengan cara-cara yang melanggar hukum internasional dan hak-hak asasi manusia.

Tentu yang diharapkan dan didoakan adalah masalah dan konflik Palestina-Israel dapat diselesaikan dengan cara damai, realistis dan adil bagi semua pihak sehingga terwujud kerukunan dan perdamaian.

Stanley R. Rambitan/Teolog dan Pemerhati Agama dan Masyarakat.

Dubes Palestina: Kekristenan Lahir di Palestina

Dubes Palestina: Kekristenan Lahir di Palestina
Pohon Natal besar, berdiri di depan Masjid Umar bin Khattab, di Bethlehem, Palestina (Foto-foto: Bayu Probo)

Dubes Palestina: Kekristenan Lahir di Palestina
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Fariz N. Mehdawi, Duta Besar Palestina untuk Indonesia berbicara tentang hubungan antarpenduduk Palestina. Penduduk Palestina sejatinya beragam, etnis, agama, dan adatnya. Sehingga, menurut dia, perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan sebuah bangsa tertindas, bukan perjuangan kelompok tertentu. Satuharapan.com mewawancarainya beberapa waktu lalu.

Satuharapan.com: Selama ini di Indonesia, kami mendapat kesan perjuangan Palestina adalah perjuangan berbasis agama. Bagaimana menurut Anda?
 
Fariz N. Mehdawi:  Rakyat Palestina berasal dari berbagai latar belakang. Bukan hanya Arab, melainkan juga Yahudi, Kaukasia, dan sebagainya. Orang Palestina juga tidak hanya menganut Islam. Kristen juga banyak. Di Palestina, orang tidak bisa menebak agama seseorang dari namanya. Abdullah belum tentu Muslim. Isa dan Maryam belum tentu Kristen, sebab Nabi Isa dan ibunya, Maria, adalah nabi yang sangat dihormati di dunia Islam. Orang Palestina juga tidak bisa dibedakan agamanya berdasarkan model pakaian yang dikenakan.
Mungkin saja di sini kesannya menjadi seperti itu karena perjuangan Palestina ini menarik digunakan untuk kepentingan pencitraan kelompok-kelompok tertentu.

Satuharapan.com: Namun, kesan itu begitu kuat.

Fariz: Ya, saya akui memang saudara-saudara Muslim Indonesia lebih ekspresif dan bersemangat dalam melakukan pembelaan terhadap perjuangan Palestina.  Tapi sebenarnya, secara nasional , Indonesia sudah mendukung perjuangan Palestina sejak zaman Presiden Soekarno. Ini bukanlah tentang perjuangan agama, ini perjuangan tentang bangsa yang ditindas bangsa lain.

Satuharapan.com: Apakah orang Kristen enggan mendukung perjuangan Palestina karena alasan keagamaan juga? Dalam Alkitab disebutkan, Israel adalah bangsa pilihan Tuhan.
 
Fariz: Menurut saya, jika Yesus hadir pada saat ini, Ia akan membela Palestina. Bukankah di Alkitab disebutkan Ia selalu berpihak kepada korban, bukan kepada penguasa? Dan, orang Kristen sejati seharusnya juga berpihak kepada korban kesewenang-wenangan.
Saya harus menekankan kembali bahwa perjuangan Palestina bukanlah perjuangan berbasis agama. Seperti Indonesia yang konstitusinya disusun bukan berdasarkan agama tertentu, Palestina, juga mengambil dasar negara sekuler yang menghormati kemanusiaan.
Jika, faktor agama merasuk dalam perjuangan kami, itu menyebabkan kesalahpahaman. Tentu saja, tidak semua rakyat Palestina akan terwakili dalam kehidupan bernegara. Kini, kami punya dua walikota Kristen, Vera Baboun di Bethlehem dan Janet Mikhail di Ramallah. Ini menunjukkan bahwa perjuangan kami bukanlah perjuangan agama, tetapi perjuangan melawan kolonialisme.

Satuharapan.com: Bagaimana dengan hubungan antarpenduduk Palestina?
 
Fariz: Di Palestina, saat Natal, orang yang datang ke sana bakal mengira penduduknya mayoritas Kristen, sebab semua merayakan dengan meriah. Saat Idul Fitri, orang akan mengira warga Palestina semua Muslim.
Yang menarik, di Palestina, kekristenan bukanlah agama impor. Agama lain berasal dari luar Palestina. Namun, kekristenan lahir di Palestina. Yesus lahir di Bethlehem, Palestina. Banyak kejadian yang tercatat di Injil, berlatar daerah Palestina.

Bahkan, penganut-penganut Kristen awal adalah orang-orang Palestina. Orang Kristen Palestina punya nenek moyang yang bisa jadi adalah orang-orang yang pernah bertatap muka dengan Yesus. Jadi, kekristenan adalah agama asli di Palestina.
Namun, lebih dari itu, perjuangan kami adalah perjuangan sebuah bangsa yang dijajah negara lain. Kelak, saat merdeka semua keputusan harus menjadi kesepakatan seluruh rakyat Palestina, tanpa membeda-bedakan latar belakangnya. Kami belajar dari Indonesia.

Dubes Palestina: Yesus Lahir di Palestina


Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi saat dijumpai di Kantor Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (16/7). (Foto: Martahan Lumban Gaol)


JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi menyetujui pesan Natal yang disampaikan Presiden Otoritas Palestina, Mahmud Abbas pada 2013, perihal pernyataan Yesus adalah orang Palestina. Menurutnya hal itu tepat, karena Palestina adalah tempat kelahiran Yesus dan agama Kristen. Yesus lahir di sebuah kota yang terletak di Palestina, yakni Betlehem.
“Yesus lahir di tanah Palestina, yakni di Kota Betlehem. Oleh karena itu saya juga katakan bahwa kekristenan lahir di Palestina,” ucap Fariz Mehdawi, saat kepada satuharapan.com, Rabu (16/7).

Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Presiden Otoritas Palestina, Mahmud Abbas dalam pesan Natal 2013 lalu. Saat itu, Mahmud Abbas menyebut Yesus adalah utusan Tuhan dari Palestina yang akan menjadi cahaya penuntun bagi jutaan umat manusia di seluruh dunia.
Menurutnya, konteks tersebut berdasarkan pada tempat kelahiran Yesus. Ia pun beranalogi dengan mengatakan bila seseorang lahir di Indonesia, maka dia adalah warga negara Indonesia.
“Bila Anda lahir di Indonesia, maka Anda menjadi orang Indonesia,” kata Fariz.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia itupun menyampaikan bahwa kekristenan bukan datang ke Palestina. Menurutnya, kekristenan dimulai di Palestina dan lahir di negara yang terletak di bagian barat benua Asia tersebut.
“Kekristenan tidak datang ke Palestina, tapi kekristenan dimulai dan lahir di Palestina,” tutur dia.
Oleh karena itu, menurutnya, bagi masyarakat Palestina Yesus adalah sebuah keajaiban, karena Ia lahir dari darah perawan Maria yang diberikan anugerah oleh Tuhan. Maria diberi anugerah oleh Tuhan untuk mengandung Yesus.
“Yesus adalah keajaiban dari Tuhan, karena Ia dilahirkan dari darah perawan Maria,” Fariz Mehdawi menegaskan.

Minggu, 20 Juli 2014

Papa dan Mama

Papa dan Mama. Terlihat papa sudah semakin pulih atas sakitnya setelah Kemo ke 2 di RSCM

Papa dan Teman Alumni SMP nya waktu di Sabang

Papa dan Teman Alumni SMP nya waktu di Sabang  menjenguk papa karena sakit.

Aku dan ito ~ ku Gernhard Mathhew Panjaitan




Aku dan ito ~ ku Gernhard Mathhew Panjaitan

Papa Sedang Menjalankan Pengobatan Kemoterapy di RSCM Jakarta















Papa Sedang Menjalankan Pengobatan Kemoterapy di RSCM Jakarta, Perawatan selama 9 hari masuk tanggal 11 Juni 2014 s/d 19 Juni 2014. Papa terserang penyakit Kanker Nasofaring (KNF) Stadium 4C demikian diagnosa dokter. Obat yang diberikan adalah Full Dosis. Kiranya Tuhan menyembuhkan papa..... amin 

Ibadah Partangiangan Wijk 26 di Rumah Tanggal 09 Juni 2014

Ibadah Partangiangan Wijk 26 di Rumah ~ ku hari Senin Tanggal 09 Juni 2014, merupakan ibadah khusus untuk memberangkatkan papa (St. Kernol Alaris Panjaitan SH) akan melaksanakan penindakan medis dari dokter untuk Kemoterapy di rumah sakit RSCM. Kiranya papa cepat sembuh demikian doa dalam acara partangiangan tersebut yang langsung di pengkotbah Pendeta Ressort HKBP Tangerang Kota yaitu Pdt. DR. Ladestam Sinaga. Gambar diambil setelah ibadah selesai. 

CV. LUMADA bitha SUKSES Kirim Kimia Sodium Hypochlorite (NaOCl) ke Costumer








CV. LUMADA bitha SUKSES Kirim Kimia Sodium Hypochlorite (NaOCl) ke Costumer 

Inilah Perusahaan  CV LUMADA bitha SUKSES yang bergerak bidang (General Trading ~ Chemicals ~ Transportation ~ Manpower Service)Jika anda berminat dapat menghubungi Marketing (021) 557 52 101 atau (021) 961 52 111 atau (021) 991 52 111 atau (021) 948 02 111 atau 08181 52 111 atau 0812985 52 111 atau email lumada.bsukses@yahoo.co.id atau klik website : http://lumada-group.com atau http://lumada-group.blogspot.com atau http://indonetwork.co.id/lumada-group atau http://olx.co.id/user/kernol.com

Sabtu, 19 Juli 2014

CV. LUMADA bitha SUKSES Kirim Kimia Sodium Hypochlorite (NaOCl)






CV. LUMADA bitha SUKSES Kirim Kimia Sodium Hypochlorite (NaOCl) ke Costumer 

Inilah Perusahaan  CV LUMADA bitha SUKSES yang bergerak bidang (General Trading ~ Chemicals ~ Transportation ~ Manpower Service)Jika anda berminat dapat menghubungi Marketing (021) 557 52 101 atau (021) 961 52 111 atau (021) 991 52 111 atau (021) 948 02 111 atau 08181 52 111 atau 0812985 52 111 atau email lumada.bsukses@yahoo.co.id atau klik website : http://lumada-group.com atau http://lumada-group.blogspot.com atau http://indonetwork.co.id/lumada-group atau http://olx.co.id/user/kernol.com

Pesan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia kepada Jokowi

14057790451718175583

Calon Presiden RI pilihan rakyat RI, Joko Widodo, mengisi waktu penanti hasil Pilpres 2014 dengan mengunjungi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), pada 19 Juli 2014 Rombongan Jokowi diterima oleh Ketum PGI, Dr Andreas Yewangoe dan beberapa anggota pengurus PGI di Kantor PGI, Salemba Raya, Jakarta Pusat.
Menurut Jokowi, “Kehadiran di ke PGI merupakan silaturahmi dan sekaligus mengucapkan terima kasih atas doa umat kristiani atas lancarnya pemilihan presiden. Umat Kristiani merupakan bagian dari rakyat, dan perlu melakukan silaturahmi, …”

Pada kesempatan yang sama, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Pendeta Andreas Yewangoe,  berpesan kepada calon presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo,
“Jaga hakikat dan identitas bangsa kita yang majemuk, di mana Pancasila tidak hanya diucapkan, tapi juga dijalankan. Bangsa yang terdiri dari suku-suku ini bisa setara. Itu harus menjadi komitmen.”
Di samping itu, PGI, menurut Pdt Andreas Yewangoe,
” … mengapresiasi jalannya pemilu presiden yang diawali dengan pemilihan kursi legislatif terlebih dahulu. Pesta demokrasi lima tahunan rakyat Indonesia itu memberikan dampak besar bagi pilihan politik rakyat Indonesia. Hal itu terlihat dari seakan-akan terbelahnya sikap rakyat Indonesia saat menanggapi pilpres.

Namun kini, penyelenggaraan Pilpres sudah selesai. Perbedaan pandangan politik, lanjut Andreas, merupakan hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah jika perbedaan tersebut menjadi dasar terjadinya konflik horizontal setelah pilpres terselenggara.

Kami menyerukan perdamaian. Mari sama-sama jaga ketenangan dan kedamaian sampai tanggal 22 Juli dan seterusnya. Presiden yang terpilih adalah presiden rakyat Indonesia, siapapun itu,”
Agar diketahui bersama, sejak Pemilu Legislatif hingga Pilpres, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), dan juga Konfrensi Waki Gereia di Indondoensia (KWI)n Umum (KPU), menempatkan diri secara netral dan tidak berpihak kepada Parpol dan Kandidat Presiden. 

PGI dan KWI, secara bersama mengeluarkan Surat Pastoral yang antara lain berbunyi, “Pilihlah yang Jujur dan Santun! Dunia politik penuh dengan kebohongan dan ketidaksantunan. Para politisi kita juga mudah sekali tersulut emosi dan melakukan kebohongan dengan menebar janji-janji palsu. Karena itu, cermatilah politisi jenis ini dan jangan memilih mereka! Ke depan, kita membutuhkan politisi yang jujur dan santun dalam berkomunikasi dengan rakyat.”
Penempatan sebagai lembaga keagamaan yang netral dan tidak berpihak tersebut, sekaligus merupakan bentuk kerpisahan antara Gereka dan Negara serta tidak mencampuri urusan pilihan politik warga gereja atau umat Kristen. Juga, dengan pertimbangan bahwa ada banyak umat Kristen pada masing-masing kubu Kandidat Presiden sebagai tim sukses ataupun pendukung dalam rangka kemenangan kandidat tersebut
=====

Hari-hari belakangan ini, ketika suhu politik dan sikon bangsa yang rada menghangat, menanti hasil Pilpres yang lalu dari KPU Pusat, PGI dan KWI telah mengeluarkan Surat Pastora, sebagai berikut
Seruan Bersama PGI-KWI Kepada Umat Kristiani untuk Tenang Menanti Pengumuman Hasil Definitif Pilpres 2014 dari KPU
Pemilu Presiden telah kita lewati bersama dengan suasana damai dan kondusif. Rakyat Indonesia sudah menentukan pilihan terhadap salah satu dari dua pasangan calon yang ada, Prabowo Subianto – Hatta Rajasa atau Joko Widodo – Jusuf Kalla. Partisipasi rakyat dalam Pemilu Presiden tersebut sangat kami hargai.
Namun setelah beberapa jam pelaksanaan Pilpres, persoalan muncul karena adanya “Quick Count” (hitung cepat) dari beberapa lembaga dan hasilnya berbeda. Atas dasar hasil Quick Count tersebut, kedua pasangan calon mengklaim diri sebagai pemenang. Padahal hasil Quick Count ini belum tentu menjadi hasil akhir, sebab hasil akhir baru akan ditentukan pada 22 Juli 2014 nanti oleh KPU.
Klaim kemenangan pasangan calon ini telah membuat resah masyarakat. Karena itu, kami khawatir hal ini akan mengarah kepada konflik antarpendukung pasangan calon. Berdasarkan pertimbangan itu, maka kami menyerukan beberapa hal kepada umat Kristiani.

Pertama, Umat Kristiani agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh euforia dan selebrasi kemenangan yang telah dilakukan kedua pasangan calon, sebab sampai saat ini belum ada pemenang. Pemenangnya baru akan ditentukan dan diumumkan secara resmi oleh KPU pada 22 Juli 2014 yang akan datang. Karena itu, tetaplah bersabar menunggu proses yang sedang berlangsung sampai saat yang sudah ditentukan. Janganlah terpengaruh untuk ikut melakukan kekerasan. Secara khusus kepada Umat Kristiani yang menjadi bagian dari Tim Pemenangan ataupun pendukung pasangan calon, kami harapkan agar Anda menahan diri dan dengan rendah hati bersedia menunggu proses rekapitulasi yang sedang berlangsung. Kami berharap Anda tidak berinisiatif dan melibatkan diri dalam upaya-upaya negatif yang bisa merugikan rakyat banyak.

Kedua, Umat Kristiani agar tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidup Kristiani yang berlandaskan kasih dan memegang teguh nilai-nilai demokrasi, sebagai penghargaan terhadap prinsip-prinsip dasar hidup berbangsa dan bernegara. Secara khusus kami berpesan kepada Umat Kristiani yang menjadi bagian dari Tim Pemenangan ataupun pendukung pasangan calon, hendaknya tidak mengorbankan prinsip-prinsip Kristiani yang abadi tersebut hanya demi kepentingan politik yang sifatnya temporer, apalagi hanya sebatas kepentingan untuk lima tahun kedepan.
‎​Akhirnya, kami mengajak Anda semua untuk mengawal dan mengawasi proses rekapitulasi yang sedang berlangsung guna menghilangkan kecurangan dan manipulasi, sehingga hasilnya nanti sungguh-sungguh murni sebagai pilihan rakyat.
Jakarta, 15 Juli 2014
Atas nama
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)
Pdt. Dr. A. A. Yewangoe (Ketua Umum) dan Pdt. Gomar Gultom, M.Th (Sekretaris Umum)
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
Mgr. Ignatius Suharyo (Ketua) dan Mgr. Johannes Pujasumarta (Sekretaris Jenderal)